top of page

Koneksi Antar Materi - Modul 1.3

dinifebriana22
"Kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah"

Sebagai seorang guru di SMP, saya merasa terpanggil untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya mengasah kecerdasan intelektual siswa, tetapi juga menumbuhkan karakter mulia yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Saya menyadari bahwa paradigma Inkuiri Apresiatif dapat menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.


Setiap hari, saya berinteraksi dengan para remaja yang sedang mencari jati diri. Mereka memiliki potensi yang luar biasa, namun seringkali merasa ragu dan kurang percaya diri. Melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif, saya ingin mengajak mereka untuk menggali kekuatan dan potensi yang ada dalam diri mereka.


Saya memulai dengan menciptakan suasana kelas yang positif dan inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan diterima apa adanya. Saya memberikan ruang bagi mereka untuk berbagi ide, pendapat, dan pengalaman. Dengan begitu, mereka merasa lebih percaya diri untuk mengungkapkan pikiran mereka.


Selanjutnya, saya merancang kegiatan pembelajaran yang menarik dan relevan dengan kehidupan mereka. Misalnya, dalam pembelajaran sejarah, saya tidak hanya menyajikan materi secara pasif, tetapi juga mengajak siswa untuk meneliti sejarah lokal dan membuat presentasi kelompok. Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar tentang masa lalu, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, dan bekerja sama.


Selain itu, saya juga mendorong siswa untuk terlibat dalam proyek-proyek sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan cara ini, mereka dapat belajar tentang pentingnya gotong royong, empati, dan tanggung jawab sosial.


Dalam perjalanan menerapkan paradigma Inkuiri Apresiatif, saya menyadari bahwa peran saya sebagai guru tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator, mentor, dan teman bagi siswa. Saya harus terus belajar dan mengembangkan diri agar dapat memberikan yang terbaik bagi mereka.


Saya percaya bahwa dengan menerapkan paradigma Inkuiri Apresiatif, saya dapat membantu siswa menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, kritis, dan berkarakter. Mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang mampu menghadapi tantangan masa depan dengan penuh optimisme.


Sebagai guru IPS, saya melihat potensi besar dalam menerapkan paradigma Inkuiri Apresiatif untuk membuat pembelajaran sejarah, geografi, dan ilmu sosial lainnya lebih hidup dan relevan bagi siswa. Salah satu contoh konkret yang pernah saya lakukan adalah ketika mengajarkan materi tentang kemerdekaan Indonesia.


Alih-alih hanya menyampaikan fakta-fakta sejarah secara pasif, saya mengajak siswa untuk membayangkan diri mereka sebagai tokoh pejuang kemerdekaan. Mereka membentuk kelompok kecil dan melakukan role-playing, mensimulasikan peristiwa penting seperti Pertempuran 10 November atau peristiwa Rengasdengklok. Kegiatan ini tidak hanya membuat mereka memahami materi dengan lebih baik, tetapi juga menumbuhkan rasa nasionalisme dan empati terhadap perjuangan para pahlawan.


Tentu saja, dalam menerapkan paradigma Inkuiri Apresiatif, saya juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah mengubah mindset siswa yang terbiasa dengan pembelajaran yang pasif. Awalnya, banyak siswa yang merasa kesulitan untuk berpikir kritis dan berkolaborasi. Namun, saya mengatasi tantangan ini dengan memberikan bimbingan dan dukungan secara terus-menerus. Saya juga melibatkan mereka dalam merancang kegiatan pembelajaran sehingga mereka merasa memiliki kepemilikan atas proses belajarnya.


Selain itu, tantangan lain adalah keterbatasan waktu dan sumber daya. Untuk mengatasi hal ini, saya memanfaatkan teknologi seperti video, simulasi, dan platform pembelajaran online. Dengan demikian, siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja.


Hasil dari penerapan paradigma Inkuiri Apresiatif sangatlah membanggakan. Siswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan kritis dalam berpikir. Mereka juga lebih termotivasi untuk belajar karena merasa materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan mereka. Selain itu, iklim kelas menjadi lebih kondusif karena siswa saling bekerja sama dan menghargai perbedaan pendapat.


Ke depannya, saya akan terus mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan dan membaca literatur terbaru tentang Inkuiri Apresiatif. Saya juga akan berupaya untuk melibatkan lebih banyak rekan guru dalam menerapkan paradigma ini. Selain itu, saya akan mengembangkan berbagai macam bahan ajar yang berbasis Inkuiri Apresiatif agar pembelajaran IPS menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa.


Berikut VISI yang membuat saya bersemangat ketika membacanya, dan menggerakkan hati !


Postingan Terakhir

Lihat Semua

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN 8

Oleh: Dini Febriana Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Fasilitator: Susanty Theresia Mangkey Pengajar Praktik: Putu Yoga Artana Jurnal...

Thanks for subscribing!

2023. Dini Febriana

  • Instagram
  • Facebook
  • Twitter
  • LinkedIn
  • YouTube
  • TikTok
bottom of page